Sebuah Catatan Perjalanan Hidup

Kabut di atas pelangi

 Sejauh jauhnya mata memandang hanya terlihat hamparan pasir yang gersang .
Angin bertiup sangat kencang dari segala arah.
Berputar-putar pada tujuan tak pasti.

Kering kerontang terik matahari membakar kehidupan disiang hari
Malam dingin tiada dua membeku bagai hati yang gunda.

Dari jejauhan aku melihat fatamorgana yang sangat tebal dibalik bayang-bayang keangkuhan dan kesombongan
aku berdiri sejenak , dan berdirio memandang ke atas langit menikmati keagungan tuhan.
Ku lihat dari kaca mata hati ini
aku bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada ku ya ALLAH
Bahwa di belahan bumi ini masih ada kegersangan bagai gersangnya hati seorang pengembara
Di malam yang terang dan berbintang dari jejauhan terdengar suara sayup-sayup a;lunan nada seorang bidadri merdu dan indah untuk didengar
Aku seorang pengembara sudah melanglang dunia.Baru pertama kalinya aku mendengar suara merdu seorang bidadari
Aku seolah-olah terbang dibuatnya 'Heran dan kagum bahwa di daerah yang gersang masih bertahan dalam kehidupan.
Aku melihat dari dekat dengan jelas dan nyata Tuhan memang adilkalau disini terdapat kelompok keluarga yang damai dan bahagia.
Didalam hati aku bertanya tanya benarkah ini kehidupan yang nyata.
Walaupun dalam kehidupan yang sangat sederhana.Alam yang kejam tidak mau bersahabat dengan mereka  namun keluarga bidadari tidak patah arang dan semangat untuk memperjuangkan hidupnya
Berjam-jam waktu yang aku perlukan untuk sampai ke tempat tinggal bidadari yang bersuara merdu itu,dari tempat tinggal ku sebagai pengembara.
Melalui alunan lagu pula aku sampaikan isi hati ini untuk berkenalan dengannya .
Angin kencang datang menerjang ku ,pingsan rasanya diriku ini sesaat melihat keindahan bidadari itu Mengagumkan sekali wajah yang oval ,kulit kuning langsat gigi berkilau seakan akan bagai mutiar ketimun.
jalanya bagai harimau lapar berlengak-lenggok rambut hitam mengkilau bagai cucuran air hujan bergelombang.
Hati ini berbicara mungkinkah aku bisa mendapatkannya .Namun mulut ini terkunci mebisu sejuta kata.
Detak nadi ku berkobar-kobar bagai telur di ujung tanduk.
Segala langkah  ku mengandung resiko yang sangat tinggi .
Aku diam sudah terlanmjur melihat dan mengenanya.Aku berjalan bayang-bayang yang menyakitkan hati akan kembali lagi.
Namun aku harus tetap berjalan melalui kerikil-kerikil tajam dalam bentuk apapun aku tetap akan berjalan .
Sudah lama aku mengembara baru kali ini aku dihadapkan buah jeruk manis yang sukar di kupas.
Do'a dan perjuangan ku akan memberikan semangat hidup untuk memetik jeruk manis itu walau sukar untuk dikupas dan dinikmati.
Haus rasanya ,buah jeruk manis sudah didepan mata tetapi bagaimana untuk memakannya dan meninkmatinya.Aaku hanmya dapat melihat memegang dan mencium bau harum jeruk itu.
Walau jauh aku merantau mengembara dipadang pasiryang gersang ini ,rasa haus yang menyengat mulai kurang dan redah.Aku diam sejenak merenungi nasib ini dan bertanya-tanya didalam hati.
Tetes demi tetes jeruk mengeluarkan sari madunya aku hanya dapat membayangkan dalam mimpi-mimpi.
Setiap malam aku melamun diseberang tirai,mendengar alunan musik dan goyanganjeruk manis meneteskan sari madunya.
Aku hanya.dapat menelan air liur untuk menghilangkan haus dan dahaga di malam hari.
Tetesan madu jeruk manis itu ternyata sudah ada yang memesannya .
Aku tetap menunggu walau aku harus menunggu sampai tetes madu yang terakhir untuk menyambung semangat hidup.Mudah mudahan jeruk manis milik bidadari itu bisa diberikan kepada ku walau sulit untuk mengupasnya'Wajah bidadari ini secantik sifat dan namanya ,mudah-mudahan ia mempunyai rasa iba diberikan jeruk manisnya kepada ku.
Aku berdo'a kepada Tuhan YMEmudah-mudahan bisa mengabulkan permohonan ku.
Untuk kerendahan hati bidadari memberikan pelangi kepada kehidupanku bukanlah memberi kabut yang tebal didalam kehidupan ku.Mungkin ini sudah menjadi jalan hidup yang perlu di syukuri dan dinikmat atas segala kehendak Nya.



Karya: Yusdika lp, Bondowoso,1994-05-12

Leave a Reply